HAQQNEWS.CO.ID – Setiap orang tua menginginkan anaknya menjadi sukses. Berbagai cara pun ditempuh oleh orang tua guna mensukseskan putra-putrinya. Salah satunya yang menjadi tradisi turun temurun, yaitu dengan menghormati ulama, memuliakannya, dan dermawan kepadanya.

Salah satu cara untuk menghormat ilmu adalah dengan menghormati orang-orang yang memiliki ilmu atau ulama. Sebagaimana diulas oleh Ustadz Sunnatullah, Pengajar di Pondok Pesantren Al-Hikmah Darussalam Durjan Kokop Bangkalan Jawa Timur, dalam NU Online, ada banyak etika saat berhadapan dengan ulama. Di antaranya dengan menghormati, memuliakan, dan mengagungkan mereka.

Dalam tradisi keilmuan Islam tanpa menghormati guru, ilmu yang akan didapatkan seseorang akan menjadi tidak bermanfaat. Ada banyak cara untuk mengekspresikan rasa hormat pada orang-orang yang berilmu. Di antaranya dengan dermawan dan suka memberi bingkisan kepada mereka, meskipun sedikit. Hal ini menjadi salah satu cara ulama salaf untuk mengekspresikan rasa hormat mereka kepada para ulama.

Dalam salah satu syair disebutkan:

رَأَيْت أَحَقَّ الْحَقِّ حَقَّ الْمُعَلِّمِ *** وَأَوْجَبَهُ حِفْظًا عَلَى كُلِّ مُسْلِمِ لَقَدْ حَقَّ أَنْ يُهْدَى إلَيْهِ كَرَامَةً *** لِتَعْلِيمِ حَرْفٍ وَاحِدٍ أَلْفُ دِرْهَمِ

Artinya, “Tidak ada hak yang lebih besar kecuali hak guru (orang yang berilmu). Ini wajib dipelihara oleh semua umat Islam. Sungguh pantas bila ia diberi sebuah penghormatan, karena mengajar satu huruf dengan hadiah seribu dirham.” (Muhammad Abu Said al-Khadimi, Barîqah Mahmûdiyah fî Syarhi Tharîqah Muhammadiyah wa Syarî’atin Nabawiyah fî Sîratin Ahmadiyah, [Matba’ah al-Hanbali], juz V, halaman 185).

Di Indonesia, kebiasaan memberi bingkisan kepada para ulama sudah menjadi tradisi turun-temurun. Tradisi ini dikenal dengan istilah sowan yang berarti menghadap kepada orang-orang yang berilmu, seperti kiai, ustadz, dan orang-orang yang dimuliakan, lalu bersalaman dan memberikan sejumlah uang kepadanya sebagai bentuk memuliakan dan menghormati ilmu, sekaligus untuk mengharap berkah darinya.

Tradisi semacam ini merupakan salah satu ekspresi memuliakan ilmu, dan sudah dipraktikkan oleh para ulama sejak dahulu. Bahkan, dalam beberapa kitab-kitab dijelaskan, dermawan kepada ulama akan menjadi penyebab anaknya akan tumbuh sebagai orang yang berilmu. Syekh Burhanuddin az-Zarnuji, salah satu ulama tersohor abad kelima dalam salah satu kitab akhlaknya mengutip gurunya yang mengatakan:

مَنْ أَرَادَ أَنْ يَكُوْنَ اِبْنُهُ عَالِمًا يَنْبَغِي أَنْ يُرَاعِي الْغُرَبَاءَ مِنَ الْفُقَهَاءِ وَيُكْرِمُهُمْ وَيُعَظِّمُهُمْ وَيُعْطِيْهِمْ شَيْئًا فَاِنْ لَمْ يَكُنْ اِبْنُهُ عَالِمًا يَكُوْنُ حَافِدُهُ عَالِمًا

Artinya, “Barangsiapa yang menghendaki anaknya menjadi orang berilmu, maka hendaklah ia menghormati ahli agama dari kalangan fuqaha, memuliakan, mengagungkan, dan memberi mereka hadiah (dari hartanya). Jika anaknya tidak menjadi orang berilmu, maka cucunya yang akan menjadi orang berilmu.” (Az-Zarnuji, Ta’lîmul Muta’allim fî Tharîqit Ta’allum, [Dar Ibnu Katsir: 2014], halaman 55).

Tidak hanya itu, memberikan bingkisan berupa harta, atau di Indonesia juga masyhur dengan sebutan “amplop” juga menjadi salah satu alternatif untuk menjadikan anak sebagai orang yang berilmu.

Dalam hal ini terdapat kisah yang dicatat oleh Syekh az-Zarnuji, bahwa suatu saat ada orang alim ditanya sebab-sebab ia mendapatkan ilmu. Lalu ia menjawab karena orang tuanya dermawan kepada ulama:

قِيْلَ لِعَالِمٍ: بِمَ أَدْرَكْتَ الْعِلْمَ؟ بِأَبٍ غَنِيٍ. لِأَنَّهُ كَانَ يَصْطَنِعُ بِهِ أَهْلَ الْعِلْمِ وَالْفَضْلِ فَاِنَّهُ سَبَبُ زِيَادَةِ الْعِلْمِ لِأَنَّهُ شُكْرٌ عَلَى نِعْمَةِ الْعَقْلِ وَالْعِلْمِ

Artinya, “Dikatakan kepada orang alim: ‘Dengan apa engkau mendapatkan ilmu?’ (Ia menjawab), ‘Dengan orang tua yang kaya. Ia berbuat baik dengan hartanya kepada orang yang berilmu dan orang mulia. Sebab, hal tersebut menjadi penyebab bertambahnya ilmu, karena telah mensyukuri nikmat akal dan ilmu’.” (Az-Zarnuji, Ta’lîmul Muta’allim, halaman 99).

Dari beberapa penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa tradisi sowan dan memberi ‘amplop’ kepada ulama, sebagaimana yang sudah lumrah terjadi di Indonesia, adalah tradisi yang sangat mulia dan diagungkan. Faedahnya akan menjadikan anaknya sebagai orang berilmu, atau jika tidak, maka anak cucunya yang Allah jadikan sebagai orang alim. (HQ1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *