HAQQNEWS.CO.ID – Tidak usah putus asa apa pun zamannya. Ulama ahli Al-Quran KH Ahmad Bahauddin Nur Salim (Gus Baha) punya resep khusus untuk itu. Katanya, hadapi zaman modern dengan tetap membaca Al-Quran.

“Saya saran, kamu ngadepi zaman modern itu harus baca Quran,” kata Gus Baha, dalam kajian di Masjid Bayt Al-Quran, Kota Tangerang Selatan, Banten, Kamis (16/11/2023).

Pengasuh Pesantren Tahfidzul Qur’an LP3iA Narukan, Kragan, Rembang, Jawa Tengah, itu memberi alasan sekaligus landasannya. Ia menyebut penggalan Al-Quran Surat An-Nahl ayat 66, yang terjemah lengkapnya sebagai berikut:   “Sesungguhnya pada hewan ternak itu benar-benar terdapat pelajaran bagi kamu. Kami memberi kamu minum dari sebagian apa yang ada dalam perutnya, dari antara kotoran dan darah (berupa) susu murni yang mudah ditelan oleh orang-orang yang meminumnya.”

Rais Syuriyah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu menjelaskan, bahwa Allah dapat mengelola, yang dalam konteks ini adalah manusia yang hidup di zaman modern, seperti mengelola susu di dalam perut sapi. “Jadi, Allah itu bisa mengelola. Sapi itu kan makanannya rumput. Di tubuh sapi itu ada darah, ada kotoran, tapi sapi bisa melahirkan susu,” katanya, sebagaimana NU Online mengutipnya.

Menurut kata para ulama, imbuh Gus Baha, bagaimana pun rusaknya zaman, sebetulnya gesekan-gesekan di alam nyata ini mirip, seperti ada kotoran dan ada darah.  “Kalau kamu orang baik, pasti tetap jadi labanan khâlishan (susu murni),” jelasnya.

Kiai kelahiran Rembang, 29 September 1970, itu memotivasi agar tidak usah putus asa, apa pun zamannya, umat Islam harus tetap jadi labanan khâlishan (susu murni), padahal mim baini fartsiw wa dami (dari antara kotoran dan darah).   “Itu bukti bahwa kita ndak boleh putus asa,” tegasnya.

Kiai yang kerapkali tampil mengenakan peci hitam dan baju putih itu pun mengungkap keluhan banyak orang bahwa zaman modern ini berbeda dengan zaman dahulu. Ia menyebut zaman sekarang berbeda dengan zaman Wali Songo. Dengan ringan dan santai, Gus Baha menjawab dengan contoh yang positif di zaman ini, diiringi seloroh khas dirinya. Ia kemudian berkelakar dengan membercandai moderator. Gus Baha menyebut moderator itu su’ul adab.

“Zaman sekarang pun di BQ (Bayt Al-Quran), masih ada ustadz su’ul adab. Wong yang buka pertanyaan dia, kok yang suruh jawab saya,” kelakar Gus Baha kepada moderator di sampingnya, diiringi derai tawa.

“Itu pakai fiqih apa, enggak bisa itu, enggak bisa. Itu bisanya benar kalau saya ampuni, kalau enggak, (ya) enggak,” sambungnya seraya tertawa.

Mengakhiri guyonannya, Gus Baha yang hafal Al-Qur’an itu, tetap memakai landasan dalam berkelakar. “Tapi karena saya ini kiai baik kan nurut, nurut sama Allah: wal-‘âfîna ‘anin-nâs (orang-orang yang memaafkan [kesalahan] orang lain),” pungkas Gus Baha, mengutip Al-Qur’an Surat Ali Imran ayat 134. (HQ1)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *