back to top
26 C
Riau Islands
Minggu 7 Desember 2025
BerandaBatamCegah Bullying Sejak Dini: Sekolah di Batam Bangun Sistem Penanganan Berlapis

Batam

Cegah Bullying Sejak Dini: Sekolah di Batam Bangun Sistem Penanganan Berlapis

Haqqnews.co.id SDN 012 Sekupang, Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau menggelar sosialisasi pencegahan perundungan (bullying) dan kekerasan seksual pada anak, Jumat (14/11/2025). Kegiatan yang diselenggarakan bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk, dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kota Batam ini menghadirkan psikolog Paramita Estikasari, M.Psi., sebagai narasumber.​

Sosialisasi bertema “Cegah Bullying dan Kekerasan Seksual Sejak Dini Demi Generasi Tangguh dan Bermartabat” diikuti oleh guru, komite sekolah, orang tua, dan siswa. Materi yang disampaikan mencakup pengenalan tanda-tanda perundungan, dampak psikologis bagi korban, serta strategi pencegahan dan penanganan kasus di lingkungan sekolah.​

Kepala SDN 012 Sekupang, Amir Mahmud Zein Nst, M.Pd.I., menyatakan bahwa kegiatan ini merupakan langkah preventif untuk memastikan lingkungan sekolah tetap aman dan inklusif bagi seluruh siswa. Meskipun belum ada kasus perundungan yang mencapai ranah hukum, pihak sekolah tidak ingin menunggu hingga insiden serius terjadi.

“Tujuan kegiatan ini adalah pencegahan. Kami ingin lingkungan belajar tetap aman dan inklusif,” ujar Amir.​

Sekolah telah mengembangkan sistem penanganan kasus berlapis yang melibatkan berbagai pihak. Ketika ada laporan dari orang tua, tim sekolah akan mengundang pihak terkait untuk duduk bersama dan mengidentifikasi akar permasalahan sebelum mencari solusi. Grup komunikasi WhatsApp untuk setiap jenjang kelas juga dimanfaatkan sebagai jembatan antara sekolah dan orang tua.​

Menurut Amir, siswa kelas tinggi (IV–VI) cenderung lebih rentan terlibat konflik karena sedang mengalami perubahan sosial dan emosional. Dinamika ini memerlukan pemantauan lebih intensif dari guru, terutama saat jam istirahat.​

Peran Orang Tua dalam Pencegahan

Psikolog Paramita Estikasari mengingatkan orang tua untuk tidak langsung bereaksi berlebihan ketika anak melaporkan kejadian di sekolah. “Dengarkan cerita anak secara lengkap dulu,” pesannya.​

Paramita juga menekankan pentingnya mengajarkan anak untuk berani melapor kepada guru atau orang dewasa, bukan membalas tindakan perundungan. “Kita tidak bisa menyarankan anak untuk membalas. Membalas bisa justru membuat korban menjadi pelaku,” jelasnya.​

Tantangan Keterbatasan Fasilitas

Di balik upaya membangun budaya sekolah yang aman, SDN 012 Sekupang menghadapi kendala keterbatasan fasilitas. Sekolah yang terletak di kawasan padat penduduk ini hanya memiliki tujuh ruang kelas untuk menampung 400 siswa, sehingga pembelajaran harus dilaksanakan dalam dua sesi, pagi dan siang.​

Fasilitas sanitasi juga terbatas, dengan hanya empat unit toilet yang semuanya terletak di lantai dasar. Siswa yang belajar di lantai dua harus turun dan mengantri untuk menggunakan fasilitas tersebut.

Amir menyebutkan bahwa pihak sekolah telah mengajukan permohonan penambahan ruang kelas dan toilet melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) Kecamatan. Namun, prioritas pembangunan pemerintah saat ini lebih tertuju pada kebutuhan mendesak lainnya seperti posyandu.​

Meski menghadapi keterbatasan ruang kerja, Amir menyatakan lebih memilih memberikan ruang yang lebih layak bagi guru-guru. “Saya merasa cukup puas dengan kondisi ini. Saya lebih memilih memberikan ruang yang lebih layak bagi guru-guru saya,” tuturnya.​

Komitmen Bersama

Sosialisasi ini ditutup dengan penandatanganan komitmen bersama untuk mendukung program antiperundungan di lingkungan sekolah. Program serupa telah dilaksanakan oleh DP3AP2KB Batam di berbagai sekolah lain sebagai bagian dari upaya mewujudkan sekolah ramah anak.​

Kegiatan pencegahan perundungan di sekolah dianggap penting mengingat dampak jangka panjang yang dapat dialami korban, termasuk gangguan psikologis dan penurunan prestasi akademik. Dengan pendekatan kolaboratif antara sekolah, orang tua, dan pihak terkait, diharapkan lingkungan pendidikan yang aman dan kondusif dapat terwujud. (hq1)​

 

Artikel Terbaru